Abdullah Suriosubroto
Pelukis kelahiran Semarang tahun 1878 ini merupakan anak angkat dari tokoh pergerakan Nasional dr. Wahidin Sudirohusodo, dan merupakan ayah dari Sudjono Abdullah dan Basuki Abdullah.Mulanya beliau mengambil sekolah kedokteran di Batavia slot server thailand dan meneruskan pendidikan di Belanda. Namun, sesampainya di sana beliau memutuskan untuk masuk sekolah seni rupa, dan kemudian hingga seterusnya menjadi pelukis.Beliau sangat suka menggambar objek lukisan pemandangan alam terutama daerah Bandung, sehingga memutuskan tinggal di sana. Setelah beberapa saat tinggal di Bandung, beliau pindah ke Yogyakarta, dan wafat di tahun 1941 di kota ini. Lukisan beliau salah satunya adalah Lukisan Pemandangan Priangan (1935).
Affandi Koesoema
Pelukis kelahiran Cirebon, 18 Mei 1907 ini membuat banyak karya lukis yang sampai sekarang masih terkenal. Beliau menikah dengan Maryati, yang seorang pelukis dan memiliki seorang putri, Kartika, yang juga pelukis. Sampai akhir hidupnya beliau tinggal di Yogya.Beliau merancang sendiri bentuk rumah tersebut, kemudian dijadikan museum lukisannya dan lukisan keluarganya, yaitu Museum Affandi. Affandi wafat pada 23 Mei 1990, dan dimakamkan di area rumahnya, sesuai keinginannya untuk selalu dikelilingi oleh keluarga dan orang-orang yang bekerja untuknya.Affandi banyak dianugerahi penghargaan baik di dalam maupun di luar negeri. Lukisan “Potret Diri” (1974) karyanya dijadikan gambar perangko Indonesia untuk seri Seniman Indonesia, yang diterbitkan di tahun 1997.
Agus Djaya
Agus Djaya adalah pionir seni lukis di Indonesia yang lahir pada 1 April 1913. Pada masa pendudukan Jepang, Agus Djaya direkomendasikan oleh Bung Karno menjadi Ketua Pusat Kebudayaan Bagian Seni Rupa.Pelukis satu ini juga dikenal sebagai pendiri dari Persatuan slot server kamboja Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI). Ia mendirikannya setelah kembali ke Indonesia pada 1937.
Semasa hidupnya, Agus Djaya disebut pernah melanglang buana ke berbagai negara di Eropa. Dia juga berteman dengan pelukis besar, seperti Salvador Dali, Pablo Picasso dan Ossip Zadkine.Bahkan Agus Djaya juga beberapa kali menggelar pameran tunggal misalnya seperti Stedelijk Museum (Amsterdam), Galerie Barbizon (Paris), Grand Prix des Beaux Art (Monaco), Biennale Sao Paulo (Brasil), dan International Art Gallery (Sydney).
Lee Man Fong
Pelukis kelahiran Guangzhou, China, 14 November 1913 ini memiliki 9 bersaudara. Tahun 1917, Sang ayah membawa mereka pindah ke Singapore. Setelah ayahnya wafat tahun 1930, Man Fong harus menghidupi ibu dan saudara-saudaranya dengan melukis. Tahun 1932, beliau pindah ke Jakarta.Presiden Soekarno dikenal sebagai salah satu kolektor lukisannya. Beberapa lukisan karya Man Fong slot server vietnam yang dikoleksi oleh Presiden Soekarno adalah lukisan Penari Legong, Dua Ikan Mas Hitam, Kehidupan di Bali, dan Wanita Jepang dan Kipas (1964). Putra Man Fong, Lee Rem lahir tahun 1938, dan menjadi pelukis juga.Antara tahun 1961-1965, Man Fong menjadi pelukis Istana kepresidenan. Selama tahun tersebut, beliau dianugerahi kewarganegaraan Indonesia. Man Fong wafat tanggal 3 April 1988.
Barli Sasmitawinata
Barli Sasmitawinata merupakan seorang maestro seni lukis realis kebanggaan Indonesia. Ia lahir di Bandung pada 18 Maret 1921 dan meninggal di Bandung 8 Februari 2007.Barli mulai menggeluti dunia seni lukis di tahun 1935, saat kakak iparnya memintanya belajar melukis di studio milik Jos Pluimentz, pelukis asal Belgia yang sempat tinggal di Bandung.
Belum puas mendapatkan ilmu dari Jos Pluimentz, ia kemudian belajar pada Luigi Nobili, pelukis asal Italia. Di studio ini Barli mulai berkenalan dengan Affandi.Perkenalan tersebut tidaklah menjadi angin lalu. Bersama Affandi, Hendra Gunawan, Soedarso dan Wahdi Sumanta. Barli Sasmitawinata mendirikan “kelompok Lima Bandung”. Kelompok ini menjadikan hubungan mereka layaknya saudara. Kalau ada event melukis, mereka selalu bersama-sama.Hebatnya agen Slot88 Barli Sasmitawinata, ia tetap haus akan ilmu meskipun sudah memiliki ketenaran nama. Pada tahun 1950, ia melanjutkan pendidikannya di Academie de la Grande Chaumiere Paris, Perancis. Disusul di Rijksakademie van beeldende kunsten Amsterdam, Belanda pada tahun 1956.
Jeihan Sukmantoro
Maestro seni lukis yang dikenal dengan julukan si ‘mata hitam’ ini sangat lekat dengan mata warna hitam dalam objek lukisannya.Dalam perjalanannya di dunia lukis, Jeihan Sukmantoro pertama kali membuat lukisan pada 1963 dengan lukisan potret berjudul Aku.Karyanya menggambarkan potret sang pelukis ketika masih kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Kemudian dua tahun setelahnya, ia melukis ‘Gadis’ dan sampai puluhan tahun berikutnya lukisan ‘mata hitam’ masih eksis dilukisnya.Seniman satu ini juga seorang pelukis yang mengikuti lebih dari 100 pameran. Ribuan lukisan berhasil dilahirkannya sejak awal berkarya di dekade 1960-an. Termasuk melukis 7 sosok Presiden Republik Indonesia.